Batik merupakan warisan leluhur yang sudah mendunia. Unesco (United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan
PBB telah menetapkan Batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan unrtuk Budaya
Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
Kata Batik merupakan gabungan dari 2 kata Jawa, “amba” yang bermakna
menulis dan “titik” yang berarti titik, atau menulis titik. Di Pulau banyak
terdapat pusat pembuatan Batik, tapi ada 7 sentra batik yang menarik untuk
dikunjungi dari 6 Provinsi yang ada di Pulau Jawa.
1. Kampung
Batik Laweyan, Solo – Jawa Tengah
|
http://www.kampoenglaweyan.com |
Terletak 5 KM dari Pusat Kota Solo, Kampung Laweyan
merupakan berkah bagi Pemerintah Kota Solo. Kampung yang ada sejak tahun 1546 M
atau masa Kerajaan Pajang kini menjadi pusat perhatian turis asing maupun
domestik untuk melihat proses pembuatan batik dan tentunya membeli oleh-oleh
khas Batik Solo.
Kampung ini mulanya adalah sebuah pasar yang menyediakan
bahan baku tenun (Lawe) sejak zaman Kerajaan Pajang. Bahan baku kapas
pada saat Kerajaan Pajang dipasok dari desa Pedan, Juwiring dan Gawok.
Kampung Laweyan merupakan tempat lahirnya Mas Ngabehi
Sutowijaya yakni pendiri Dinasti Mataram Islam. Selain itu tempat berdirinya
Sarekat Dagang Islam tahun 1911 yang dipimpin oleh K.H. Samanhudi. Para saudagar batik di Laweyan juga
merintis berdirinya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera Soerakarta” di
tahun 1935.
Saat ini ada sekitar 70 pedagang batik dari skala kecil
hingga menengah yang aktif di Kampoeng Laweyan. Tahun2009 pemerintah RI
memberikan penghargaan tertinggi UPAKARTI bagi Kampung Laweyan untuk kategori
KAWASAN INDUSTRI KECIL.
Wisatawan yang berminat untuk belajar membatik dapat
mengikuti pelatihannya di Kampung Batik Laweyan.
2. Kampung
Batik Kemplong, Kabupaten Pekalongan – Jawa Tengah
Sebagian besar
masyarakt Inodnesia memang mengenal Pekalongan sebagai sentra penghasil Batik
terbesar.
Bahkan slogan Kota Pekalongan
adalah KOTA BATIK (Bersih, Aman, Tertib Indah Komunikatif). Kota Pekalongan
yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa banyak dipengaruhi oleh kedatangan
bangsa luar seperti Cina dan orang Belanda yang memperkenalkan corak Batik
Belanda di Pekalongan.
Pekalongan memperkaya koleksi batik Nusantara karena
bercorak campuran dengan pengaruh dari Cina, Arab dan Belanda. Batik yang berasal dari Pekalongan memiliki
banyak warna. Pengrajin batik yang terkenal dari Pekalongan adalah Eliza Van
Zuylen Oey Soe Tjoen. Di Pekalongan banyak sekali industri rumahan kecil maupun
menengah yang memproduksi Batik.
Masyarakat di Pekalongan khususnya Kecamatan Widasari
membentuk komunitas pengrajin batik, oleh Menteri Perdagangan saat itu Mari
Elka Pangestu meresmikan Kampung Batik Kemplong pada 30 April 2009.
3. Kampung
Batik Girli Kliwonan, Sragen – Jawa Tengah
|
http://klaster-umkm.blogspot.com |
Kampung Batik di Sragen ini merupakan alternatif dari Batik
Solo. Menariknya setiap bulan Agustus – November biasanya diselenggarakan
Festival Desa Batik di Sragen.
Mengapa disebut Girli? Kata ini sangat berkaitan dengan
bahasa Inggris (yang berhubungan dengan masa gadis/perempuan). Namun maksudnya
sebenarnya dari Girli adalah “Pinggir Kali”. Lokasi Desa Kliwonan yang menarik
tentu menjadi pemandangan tersendiri bagi para wisatawan.
Jelajah wisata yang ditawarkan sangat menarik, kita bisa
memancing di pinggiran Kali Bengawan Solo yang legendaris, juga belajar
membatik dan membeli batik dengan kulaitas yang sangat bersaing tentunya. Hasil
dari kerjaninan batik tidak hanya kain dan baju saja, namun perca (guntingan
kain) batik digunakan untuk kerajinan tas, dompet, sendal bantal hias hingga
selimut.
Di kampung ini juga terkenal bai wisatawan untuk homestay di
rumah penduduk. Biaya yang dikeluarkan juga cukup terjangkau saat ini sekitar
Rp 50.000 per orang/hari. Untuk mencapai lokasi ini dari Kota Solo berkendaraan
mobil menuju arah Jalan Raya Solo – Surabaya hanya membutuhkan waktu sekitar 30
menit.
4. Kampung
Batik Trusmi, Cirebon – Jawa Barat
Perkembangan wilayah Cirebon dan sekitarnya tidak bisa lepas
dari Sunan Gunung Jati. Salah satu pengikut setianya, Ki Gede Trusmi memiliki
keahlian membatik lalu ia mengajarkan kerajinan membatik kepada masyarakat di
sekitar tempatnya tinggal.
Letak Kampung Trusmi sekitar 4 KM dari Cirebon ke arah
Bandung. Apabila anda datang dari Jakarta, keluar tol Plumbon ke arah Kota
Cirebon atau menggunakan jalur Palimanan. Setelah melewati pusat pertokoan di
Jalan Raya Plumbon anda akan menemukan perempatan Pasar Plered. Belok ke arah
kiri, tidak terlalu jauh langsung akan menemukan jajaran pengrajin batik. Di
sana ada sekitar 400-an pengrajin batik yang berjejer di sepanjang jalan Trusmi
bahkan sampai masuk ke gang-gang. Tenaga kerja yang mampu diserap hingga
berjumlah 3.700 orang.
Corak dari Batik Cirebon adalah warnanya yang cerah dengan corak
Mega Mendung. Umumnya batik Cirebon memiliki motif wadasan atau batu di
beberapa bagiannya dengan garis tunggal yang umumnya digaris secara tipis.
5. Kampung
Batik Ngasem, Yogyakarta
Bagi pencinta batik, tentunya mengenal Kampung Batik Ngasem,
sebab koleksi motifnya yang cukup lengkap mulai dari Batik Betawi, Batik
Madura, Batik Pekalongan, dan lain-lain. Harga yang ditawarkan cukup bervariasi
dari yang termurah sekitar belasan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Letaknya di sebelah barat Keraton Jogja dan masih dalam
wilayah kecamatan Keraton Jogja. Menjadikannya sebuah kampung wisata di tengah
kota. Menyusuri toko-toko batik di Kampung Ngasem memiliki kenikmatan
tersendiri karena tidak berdesak-desakan seperti di Pasar Beringharjo, sekaligus
dapat menikmati wisata di Keraton Hadiningrat.
Di lokasi ini juga terdapat pabrik batik tulis suapaya
wisatawan bisa langsung berinteraksi dengan para pengrajin batik.
6. Kampung
Batik Jetis, Sidoarjo - Jawa Timur.
|
Ariefew.com |
Menurut sejarah batik yang berasal dari Sidoarjo ini sudah
ada sejak tahun 1675 M. Mula-mula batik ini dibangun oleh Mbah Mulyadi keturunan
Raja Kediri yang pindah ke Sidoarjo. Ia memasarkan batiknya di Pasar Jetis.
Kemudian Mbah Mulyadi ini mengajarkan proses pembuatan batik
kepada masyarakat di sekitarnya. Namun pamor
batik Jetis ini memudar dan hilang karena tidak ada yang mau menjadi pengrajin
batik lagi saat itu. Baru di tahun 1950-an ada seorang warga Jetis yang ingin
menghidupkan kembali pamor batik Jetis.
Bud Wida (Widiarsih) membuka kembali usaha batik tulis,
banyak diantara pekerjanya adalah warga dari Kampung Jetis. Dari para karyawan
Bu Wida inilah usaha batik tulis di Kampung Jetis bersemangat tumbuh kembali
sejak tahun 1970-an.
Motif Batik Jetis dikenal karena warnanya yang berani
seperti menggunakan warna merah, hijau, kuning dan biru. Sebagian besar
masyarakat Jetis memang berprofesi sebagai pengrajin batik atau bekerja di
industri bati. Karena itu kaum muda Sidoarjo membentuk sebuah paguyuban pada tanggal 16 April 2008 meresmikan Paguyuban Batik Sidoarjo. Akhirnya pada
tanggal 3 Mei 2008 Bupati sidoarjo meresmikan Pasar Jetis sebagai daerah
industri batik dan diberi nama “Kampoeng Batik Jetis”.
7. Kampung
Batik Banten
Banten propinsi yang berada paling barat Pulau Jawa ternyata
juga memiliki sentra produksi batik. Sentra batik ini mulai dibangun tahun 2002
dan tidak terlalu besar, namun memiliki omzet penjualan yang cukup besar.
Kampung Batik Banten
terletak di Jalan Bhayangkara, Kampung Kubil, Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan
Cipocok Jaya, Serang. Motif batik Banten yang terkenal dengan nama motif
Sebakingking yang merupakan gelar Sultan Maulana Hasanuddin. Mengenai pewarnaan,
kita bisa memesannya kepada pengrajin batik di Banten.
8. Kampung
Batik Palbatu, Tebet – Jakarta Selatan
|
terima kasih : http://pariwisata.frontroll.com |
Sebagai ibukota Republik Indonesia, Jakarta termasuk lambat
dalam membangun Kampung Batik. Walaupun UNESCO sudah memberikan apresiasi
dengan menjadikan batik sebagai warisan dunia sejak 2009, Kampung Batik Jakarta
baru dibangun pada Mei 2011 di Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan.
Ide pendirian Kampung Batik ini dari Bapak Ismoyo Bimo yang
kemudian direspon beberapa temannya dengan mengadajan Jakarta Batik Carnival di
Palbatu, Tebet. Uniknya Palbatu hanya menyediakan pusat pencantingan dengan
mendirikan sanggar-sanggar batik. Rumah-rumah warga di sana banyak yang dicat
dengan batik. Namun proses pencelupan dan pewarnaan dilakukan di Marunda
Jakarta Utara.
Sebenarnya Palbatu dahulunya adalah pusat produksi Batik Betawi. Jadi pemilihan lokasi tersebut
juga didasarkan kepada misi untuk menyelamatkan budaya Betawi dari perkembangan
ibukota Jakarta.
Dalam Acara Jakarta Batik Carnival Palbatu sempat menciptakan rekor MURI (Museum Rekor
Indonesia) dengan menciptakan jalan bermotif batik terpanjang di Indonesia
sepanjang 133,9 meter. Bagi para warga Jakarta yang penasaran dengan Kampung
Batik, Palbatu bisa menjadi pilihan utama untuk mengetahui warisan nenek moyang
bangsa Indonesia yang sudah diakui dunia.
Delapan sentra produksi batik ini diharapkan bisa menjadi
benteng pelestarian budaya bangsa, dan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain
untuk mengembangkan potensi wisata lokalnya dengan ragam seni dan budayanya.