Rabu, 16 Oktober 2013

DELAPAN PESONA KAMPUNG BATIK DI PULAU JAWA



Batik merupakan warisan leluhur yang sudah mendunia.  Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB telah menetapkan Batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan unrtuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
Kata Batik merupakan gabungan dari 2 kata Jawa, “amba” yang bermakna menulis dan “titik” yang berarti titik, atau menulis titik. Di Pulau banyak terdapat pusat pembuatan Batik, tapi ada 7 sentra batik yang menarik untuk dikunjungi dari 6 Provinsi yang ada di Pulau Jawa.

1. Kampung Batik Laweyan, Solo – Jawa Tengah
http://www.kampoenglaweyan.com
Terletak 5 KM dari Pusat Kota Solo, Kampung Laweyan merupakan berkah bagi Pemerintah Kota Solo. Kampung yang ada sejak tahun 1546 M atau masa Kerajaan Pajang kini menjadi pusat perhatian turis asing maupun domestik untuk melihat proses pembuatan batik dan tentunya membeli oleh-oleh khas Batik Solo.
Kampung ini mulanya adalah sebuah pasar yang menyediakan bahan baku tenun (Lawe)  sejak zaman Kerajaan Pajang. Bahan baku kapas pada saat Kerajaan Pajang dipasok dari desa Pedan, Juwiring dan Gawok.
Kampung Laweyan merupakan tempat lahirnya Mas Ngabehi Sutowijaya yakni pendiri Dinasti Mataram Islam. Selain itu tempat berdirinya Sarekat Dagang Islam tahun 1911 yang dipimpin oleh K.H.  Samanhudi. Para saudagar batik di Laweyan juga merintis berdirinya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera Soerakarta” di tahun 1935.
Saat ini ada sekitar 70 pedagang batik dari skala kecil hingga menengah yang aktif di Kampoeng Laweyan. Tahun2009 pemerintah RI memberikan penghargaan tertinggi UPAKARTI bagi Kampung Laweyan untuk kategori KAWASAN INDUSTRI KECIL.
Wisatawan yang berminat untuk belajar membatik dapat mengikuti pelatihannya di Kampung Batik Laweyan. 

2. Kampung Batik Kemplong, Kabupaten Pekalongan – Jawa Tengah

Sebagian besar masyarakt Inodnesia memang mengenal Pekalongan sebagai sentra penghasil Batik terbesar.  Bahkan slogan Kota Pekalongan adalah KOTA BATIK (Bersih, Aman, Tertib Indah Komunikatif). Kota Pekalongan yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa banyak dipengaruhi oleh kedatangan bangsa luar seperti Cina dan orang Belanda yang memperkenalkan corak Batik Belanda di Pekalongan.
Pekalongan memperkaya koleksi batik Nusantara karena bercorak campuran dengan pengaruh dari Cina, Arab dan Belanda.  Batik yang berasal dari Pekalongan memiliki banyak warna. Pengrajin batik yang terkenal dari Pekalongan adalah Eliza Van Zuylen Oey Soe Tjoen. Di Pekalongan banyak sekali industri rumahan kecil maupun menengah yang memproduksi Batik.
Masyarakat di Pekalongan khususnya Kecamatan Widasari membentuk komunitas pengrajin batik, oleh Menteri Perdagangan saat itu Mari Elka Pangestu meresmikan Kampung Batik Kemplong pada 30 April 2009. 

3. Kampung Batik Girli Kliwonan, Sragen – Jawa Tengah
http://klaster-umkm.blogspot.com
Kampung Batik di Sragen ini merupakan alternatif dari Batik Solo. Menariknya setiap bulan Agustus – November biasanya diselenggarakan Festival Desa Batik di Sragen.
Mengapa disebut Girli? Kata ini sangat berkaitan dengan bahasa Inggris (yang berhubungan dengan masa gadis/perempuan). Namun maksudnya sebenarnya dari Girli adalah “Pinggir Kali”. Lokasi Desa Kliwonan yang menarik tentu menjadi pemandangan tersendiri bagi para wisatawan.
Jelajah wisata yang ditawarkan sangat menarik, kita bisa memancing di pinggiran Kali Bengawan Solo yang legendaris, juga belajar membatik dan membeli batik dengan kulaitas yang sangat bersaing tentunya. Hasil dari kerjaninan batik tidak hanya kain dan baju saja, namun perca (guntingan kain) batik digunakan untuk kerajinan tas, dompet, sendal bantal hias hingga selimut.
Di kampung ini juga terkenal bai wisatawan untuk homestay di rumah penduduk. Biaya yang dikeluarkan juga cukup terjangkau saat ini sekitar Rp 50.000 per orang/hari. Untuk mencapai lokasi ini dari Kota Solo berkendaraan mobil menuju arah Jalan Raya Solo – Surabaya hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. 

4. Kampung Batik Trusmi, Cirebon – Jawa Barat
Perkembangan wilayah Cirebon dan sekitarnya tidak bisa lepas dari Sunan Gunung Jati. Salah satu pengikut setianya, Ki Gede Trusmi memiliki keahlian membatik lalu ia mengajarkan kerajinan membatik kepada masyarakat di sekitar tempatnya tinggal.
Letak Kampung Trusmi sekitar 4 KM dari Cirebon ke arah Bandung. Apabila anda datang dari Jakarta, keluar tol Plumbon ke arah Kota Cirebon atau menggunakan jalur Palimanan. Setelah melewati pusat pertokoan di Jalan Raya Plumbon anda akan menemukan perempatan Pasar Plered. Belok ke arah kiri, tidak terlalu jauh langsung akan menemukan jajaran pengrajin batik. Di sana ada sekitar 400-an pengrajin batik yang berjejer di sepanjang jalan Trusmi bahkan sampai masuk ke gang-gang. Tenaga kerja yang mampu diserap hingga berjumlah 3.700 orang.
Corak dari Batik Cirebon adalah warnanya yang cerah dengan corak Mega Mendung. Umumnya batik Cirebon memiliki motif wadasan atau batu di beberapa bagiannya dengan garis tunggal yang umumnya digaris secara tipis. 

5. Kampung Batik Ngasem, Yogyakarta
Bagi pencinta batik, tentunya mengenal Kampung Batik Ngasem, sebab koleksi motifnya yang cukup lengkap mulai dari Batik Betawi, Batik Madura, Batik Pekalongan, dan lain-lain. Harga yang ditawarkan cukup bervariasi dari yang termurah sekitar belasan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Letaknya di sebelah barat Keraton Jogja dan masih dalam wilayah kecamatan Keraton Jogja. Menjadikannya sebuah kampung wisata di tengah kota. Menyusuri toko-toko batik di Kampung Ngasem memiliki kenikmatan tersendiri karena tidak berdesak-desakan seperti di Pasar Beringharjo, sekaligus dapat menikmati wisata di Keraton Hadiningrat.
Di lokasi ini juga terdapat pabrik batik tulis suapaya wisatawan bisa langsung berinteraksi dengan para pengrajin batik. 

 6. Kampung Batik Jetis, Sidoarjo - Jawa Timur.
Ariefew.com
Menurut sejarah batik yang berasal dari Sidoarjo ini sudah ada sejak tahun 1675 M. Mula-mula batik ini dibangun oleh Mbah Mulyadi keturunan Raja Kediri yang pindah ke Sidoarjo. Ia memasarkan batiknya di Pasar Jetis.
Kemudian Mbah Mulyadi ini mengajarkan proses pembuatan batik kepada masyarakat di sekitarnya.  Namun pamor batik Jetis ini memudar dan hilang karena tidak ada yang mau menjadi pengrajin batik lagi saat itu. Baru di tahun 1950-an ada seorang warga Jetis yang ingin menghidupkan kembali pamor batik Jetis.
Bud Wida (Widiarsih) membuka kembali usaha batik tulis, banyak diantara pekerjanya adalah warga dari Kampung Jetis. Dari para karyawan Bu Wida inilah usaha batik tulis di Kampung Jetis bersemangat tumbuh kembali sejak tahun 1970-an.
Motif Batik Jetis dikenal karena warnanya yang berani seperti menggunakan warna merah, hijau, kuning dan biru. Sebagian besar masyarakat Jetis memang berprofesi sebagai pengrajin batik atau bekerja di industri bati. Karena itu kaum muda Sidoarjo membentuk sebuah paguyuban pada  tanggal 16 April 2008 meresmikan  Paguyuban Batik Sidoarjo. Akhirnya pada tanggal 3 Mei 2008 Bupati sidoarjo meresmikan Pasar Jetis sebagai daerah industri batik dan diberi nama “Kampoeng Batik Jetis”.
7. Kampung Batik Banten
Banten propinsi yang berada paling barat Pulau Jawa ternyata juga memiliki sentra produksi batik. Sentra batik ini mulai dibangun tahun 2002 dan tidak terlalu besar, namun memiliki omzet penjualan yang cukup besar.
Kampung  Batik Banten terletak di Jalan Bhayangkara, Kampung Kubil, Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan Cipocok Jaya, Serang. Motif batik Banten yang terkenal dengan nama motif Sebakingking yang merupakan gelar Sultan Maulana Hasanuddin. Mengenai pewarnaan, kita bisa memesannya kepada pengrajin batik di Banten.
  
8. Kampung Batik Palbatu, Tebet – Jakarta Selatan
terima kasih : http://pariwisata.frontroll.com
Sebagai ibukota Republik Indonesia, Jakarta termasuk lambat dalam membangun Kampung Batik. Walaupun UNESCO sudah memberikan apresiasi dengan menjadikan batik sebagai warisan dunia sejak 2009, Kampung Batik Jakarta baru dibangun pada Mei 2011 di Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan.
Ide pendirian Kampung Batik ini dari Bapak Ismoyo Bimo yang kemudian direspon beberapa temannya dengan mengadajan Jakarta Batik Carnival di Palbatu, Tebet. Uniknya Palbatu hanya menyediakan pusat pencantingan dengan mendirikan sanggar-sanggar batik. Rumah-rumah warga di sana banyak yang dicat dengan batik. Namun proses pencelupan dan pewarnaan dilakukan di Marunda Jakarta Utara.
Sebenarnya Palbatu dahulunya adalah pusat produksi  Batik Betawi. Jadi pemilihan lokasi tersebut juga didasarkan kepada misi untuk menyelamatkan budaya Betawi dari perkembangan ibukota Jakarta.
Dalam Acara Jakarta Batik Carnival Palbatu sempat  menciptakan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dengan menciptakan jalan bermotif batik terpanjang di Indonesia sepanjang 133,9 meter. Bagi para warga Jakarta yang penasaran dengan Kampung Batik, Palbatu bisa menjadi pilihan utama untuk mengetahui warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah diakui dunia.  

Delapan sentra produksi batik ini diharapkan bisa menjadi benteng pelestarian budaya bangsa, dan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain untuk mengembangkan potensi wisata lokalnya dengan ragam seni dan budayanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar